MESUJI - Distribusi bantuan mesin panen padi (Combine) yang diberikan kepada beberapa kelompok tani (Poktan) di Kabupaten Mesuji, Lampung, menjadi sorotan setelah muncul kegaduhan di kalangan petani. Bantuan yang disalurkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Mesuji tersebut diduga hanya diberikan kepada kelompok tertentu yang memiliki kedekatan dengan oknum tertentu, sehingga menimbulkan ketidakadilan bagi kelompok tani lain di bawah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Kejadian ini dilaporkan terjadi pada Selasa (13/08/24).
Salah satu kelompok tani yang terdampak adalah Poktan Sido Mukti dari Desa Muara Asri, Kecamatan Mesuji Timur, yang diketuai oleh Sujarno. Menurut beberapa anggota Gapoktan, pembagian alat pertanian ini tidak merata dan lebih menguntungkan kelompok tertentu.
“Mesin Combine ini dikelola oleh Rifa’i, dan kami menduga ada kejanggalan dalam pengelolaannya, baik dari sisi administrasi maupun pembagiannya. Sepertinya hanya untuk kepentingan pribadi, ” ungkap seorang anggota Poktan yang tak ingin disebutkan namanya.
Lebih lanjut, sumber tersebut menambahkan bahwa Rifa’i diduga mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan mesin Combine tersebut, bahkan sampai menggadaikan sertifikat rumahnya di salah satu bank di Kabupaten Mesuji.
Baca juga:
Ini Keberhasilan Polri Ungkap Kasus Narkoba
|
“Kami sebenarnya ingin mesin itu, tapi mendengar Rifa’i harus mengeluarkan banyak uang, bahkan sampai menggadaikan sertifikat rumahnya, kami jadi bertanya-tanya tentang kebijakan ini, ” katanya.
Tidak hanya Rifa’i, beberapa kelompok tani lain juga dikabarkan harus mengeluarkan biaya untuk mendapatkan bantuan mesin yang seharusnya dibagikan secara gratis oleh pemerintah.
“Mesin ini seharusnya gratis, tapi nyatanya kami mendengar ada pembayaran, meskipun tidak sebesar harga di pasaran. Sebagai contoh, Rifa’i harus menggadaikan sertifikat rumahnya, ” tambah anggota Poktan tersebut.
Hingga berita ini diterbitkan, tim media belum berhasil mendapatkan klarifikasi dari Rifa’i selaku pengelola mesin Combine maupun dari Sujarno, Ketua Poktan Sido Mukti. Setiap kali tim mencoba mengunjungi kediaman mereka, rumah selalu tertutup dan tidak ada respons. Upaya untuk menghubungi Rifa’i melalui nomor telepon yang diberikan oleh anggota Poktan lainnya juga tidak berhasil. [TIM investigasi]